PART 3

19.8K 1.1K 71
                                        

Sore itu, tujuh anggota inti Graveldaz berkumpul di parkiran setelah jam pelajaran berakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu, tujuh anggota inti Graveldaz berkumpul di parkiran setelah jam pelajaran berakhir. Mereka duduk santai di sekitar kendaraan masing-masing, menikmati sisa waktu sebelum pulang.

Di tengah suasana yang santai itu, Chiko masih dalam euforia setelah mendapatkan marsmellow dari Velyne saat di kantin. Sejak tadi, dia tidak berhenti membahasnya.

"Chiko masih gak percaya! Beneran, sumpah!" serunya antusias sambil memegang bungkus marsmellow.

Wildan menatapnya malas. "Apalagi sih?"

"Lo masih ngomongin Velyne?" tanya Genta sambil menghela napas.

"YA IYALAH!" Chiko berseru. "Gimana enggak? Dia borong semua marsmellow di kantin, tapi tetap masih mau kasih satu bungkus ke Chiko! Kalian ngerti gak sih? Itu berarti dia baik banget!"

Farzan menatapnya dengan tatapan iseng. "Mungkin dia cuma mau lo cepet pergi?"

Chiko langsung memasang ekspresi tersinggung. "Ah kamu tuh gak ngerti chemistry antara pencinta marsmellow, Zan."

Wildan terkekeh. "Demi gula-gula kenyal doang, lo bela-belain ngerayu cewek."

"Ini bukan sembarang gula-gula, Wildan!" bantah Chiko penuh emosi. "Ini adalah marsmellow spesial yang diberikan langsung oleh tangan seorang bidadari!"

"Apanya yang bidadari," komentar Genta sambil memutar bola mata jengah.

"Pokoknya dia baik!" Chiko menegaskan.

Di tengah perdebatan yang semakin memanas, tiba-tiba salah satu ponsel mereka bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Suara dering yang tiba-tiba itu seketika memecah ketegangan, membuat semua orang refleks mengalihkan perhatian mereka ke arah sumber suara.

Ternyata, pemilik ponsel itu adalah Elzo. Dengan ekspresi datar, ia merogoh saku celananya. Layarnya menyala, menampilkan nama kontak yang sudah tidak asing baginya.

Richard.

Elzo terdiam sejenak. Tatapannya berubah sedikit lebih tajam, bukan karena terkejut, tapi lebih karena ia sudah menduga panggilan ini akan datang cepat atau lambat.

Namun, sebelum ia sempat mengangkatnya, Arvan yang disebelahnya tanpa sengaja melihat nama pemanggil yang tertera di layar.

Gerakan Elzo yang sedikit lebih lambat dari biasanya membuat layar ponselnya terbuka jelas dalam sudut pandang Arvan. Sekilas, nama 'Richard' terpampang di sana, cukup bagi Arvan untuk membacanya sebelum Elzo buru-buru membalikkan ponselnya.

Tanpa membuang waktu, Elzo akhirnya menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel ke telinga.

"Hmm," gumamnya singkat, suaranya tetap santai seperti biasa, tetapi ada sedikit perubahan halus dalam nada bicaranya-sesuatu yang hampir terdengar seperti ketegangan yang coba disembunyikan.

ATHARVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang
OSZAR »