Dua orang tadi nampak tersenyum puas. Perempuan di sebelah lelaki misterius tadi juga sama, ia tersenyum puas di balik masker yang menghalangi wajahnya.

"Balik ke markas," Ucap lelaki bermasker tadi.

Setelah itu mereka bubar seolah tidak kenal satu sama lain, tapi setelah itu mereka tetap berkumpul di satu titik yang tak lain adalah markas mereka.

.

Deven masih menunggu kedatangan Anneth di kantin. Teman-temannya sudah asik makan sejak tadi. Dalam benaknya ia berpikir lebih keras, mengapa sikap Anneth jadi seperti itu?

Entah karena Deven terlalu sering izin ke rumah sakit sampai Anneth curiga dan mengira hal yang tidak-tidak. Kalau curiga sih memang sudah sepantasnya Anneth curiga karena Deven memang menyembunyikan sesuatu.

"Lo kenapa?" Tanya Clinton sementara teman-temannya mengobrol.

"Enggak, gue heran aja kenapa sikap Anneth jadi beda gitu ke gue."

"Kenapa?"

"Kalau gue tau gak bakal bingung."

Clinton terkekeh. "Maksud gue, menurut lo Anneth kenapa?"

"Gak tau, mungkin karena gue sering izin ke rumah sakit. Dia mikir yang enggak-enggak, atau khawatir sama sesuatu, atau yang lain. Gue mau terus terang aja sama mereka."

"Terus terang apa?"

"Terus terang kalo gue keberatan, gue udah harus fokus sekolah dan gak kabur-kaburan keluar lagi, lagain Naora udah baik-baik aja. Gue mau terus terang sebelum terlambat."

"Apa Dev? Kok nyebut-nyebut Naora?" Tanya Friden.

"Enggak Den, lagi ngobrolin Naora sama Clinton. Kan yang meninggal kemarin ibunya Naora." Jawab Deven.

"Oh gitu," Friden lalu kembali mengobrol dengan teman-temannya.

Clinton tertawa melihat Deven yang hampir ketauan. "Gue setuju, gue nunggu ini dari lama sebenarnya. Nanti gue anter lo ketemu mereka."

Beberapa saat setelahnya Charisa datang. Deven langsung menanyai dimana keberadaan Anneth.

"Gak tau, sama Uwa." Jawabnya. "Clinton, ayo ikut gue! Gue mau ngomong."

.

"Gue udah tau semuanya."

"Apa?"

"Tentang Naora."

Charisa dan Clinton berbincang di area belakang kelas yang sepi agar tidak ada yang mendengar.

"Lo tau dari mana?"

"Liat sendiri kemarin sama Anneth."

Clinton diam sejenak, ia tau akan ada saatnya semua ini terkuak. Tapi kenapa saat Deven ingin berusaha memperbaiki kesalahannya?

"Kalian nguntit?"

"Nguntit lo bilang?" Charisa menatap Clinton dengan aneh, ia lalu menggeleng tak habis pikir. "Gak tau lagi ya gue. Iya, gue yang ajak Anneth nguntit! Kenapa? Gak boleh? Kalau aja kita gak nekat nguntit mungkin sampai kapanpun kalian masih bohong."

"Tapi kenapa lo gak bicarain dulu sama gue?"

"Apa yang harus gue bicarain Ton? Ini masalah Anneth sama Deven, lo juga harusnya mikir gimana rasanya kalau jadi Anneth!"

Dua-duanya menghela nafas panjang. Sulit untuk menjelaskan tujuan masing-masing. Charisa ingin ini selesai walau ia tidak mau Anneth dan Deven harus putus, Clinton ingin ini selesai tapi tidak dengan cara Charisa.

Idol Junior Love Story: Anneth & Deven [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang
OSZAR »