The Villain's Journal Arc
Maya kembali duduk di pinggir ranjang, mencoba menenangkan pikirannya yang masih kacau.Ia menatap tangan ramping milik Lysandra-tangannya sekarang-lalu menghela napas panjang.
"Awal cerita itu... kalau gak salah dimulai dari kelahiran si heroine. Terus Male Lead, mulai dewasa dan ditugaskan jadi komandan pasukan. Mereka ketemu di tengah konflik Aether Veins, kan?"
Ia menggigit bibir. "Lysandra munculnya... setelah konflik mulai memanas. Sekitar pertengahan buku. Jadi... kalau dihitung, harusnya aku masih punya waktu."
Sedikit lega menyelimuti dada Maya. Ia memang harus berhati-hati, tapi belum akan langsung dilempar ke tengah medan perang.
Ia bangkit, kembali menatap cermin, lalu bergumam lirih, "Aku harus pelan-pelan cari celah. Pahami situasi. Bertahan hidup."
Pintu kembali terbuka. Kali ini langkah-langkah berat menyusul dari luar, diikuti oleh aroma tajam dupa dan wangi herbal.
Seorang pria tinggi bersurai perak memasuki kamar. Tatapannya tajam bagaikan pisau, auranya dingin, tegas, dan memancarkan otoritas. Dialah Lucifer Leclair, kakak kandung Lysandra. Sosok yang dalam novel digambarkan sebagai penyihir jenius dan kepala klan Leclair saat ini.
Di belakangnya, empat orang tua berjubah panjang mengikuti dengan langkah pelan. Mereka membawa tongkat kristal dan kantung berisi ramuan, entah apa isinya.
Lucifer berhenti di ambang pintu, menatap Maya-atau lebih tepatnya, Lysandra dengan pandangan yang sulit dibaca.
"Kau sadar," katanya datar, suaranya dalam dan mantap. Tidak ada kehangatan di sana, tapi juga tidak ada kemarahan.
Maya hanya bisa mengangguk kecil. "Sepertinya begitu."
"Kau koma selama satu tahun," lanjutnya. "Para Penjaga Aether mengatakan itu akibat segel Dravella yang hampir pecah."
Salah satu penyihir tua yang berdiri di belakang Lucifer menambahkan, "Sihir di tubuh Lady Lysandra sangat tidak stabil. Kami sempat khawatir jiwanya akan lenyap ditelan energi kegelapan itu."
Maya mencoba tersenyum tipis, meski tubuhnya terasa dingin. "Tapi aku masih di sini."
Para penyihir tua mengangguk pelan, namun tampak canggung.
Lucifer berjalan mendekat. Tatapannya menusuk dalam, seolah mencoba mencari kebohongan di balik sorot mata Maya. "Kau... berbeda," katanya tiba-tiba.
Jantung Maya mencelos. "Berbeda?"
"Auramu," jawab Lucifer, menyipitkan mata. "Warnanya... bukan seperti biasanya. Terlalu terang."
Salah satu penyihir tua tampak terkejut. "Terang? Mustahil. Energi Lady Lysandra selalu pekat... merah gelap atau ungu. Itu ciri khas Leclair-terutama yang menyimpan roh Dravella."
Lucifer tidak menanggapi mereka. Ia tetap menatap adiknya.
"Kau bukan orang yang sama."
Kalimat itu menghantam Maya seperti palu. Namun, ia tidak menunjukkan keterkejutannya. Ia hanya tertawa kecil, lalu membalikkan badan kembali ke cermin.
"Mungkin... satu tahun koma membuatku tercerahkan."
Lucifer tidak menjawab, tapi sorot matanya belum juga surut.
Para penyihir mulai sibuk memeriksa tubuh Maya dengan mantra pelacak, namun tak ada yang menyadari bahwa jiwa dalam tubuh Lysandra bukanlah jiwa asli.
Maya hanya bisa berpikir dalam hati. Kalian semua bahkan tidak tahu kalau Lysandra yang kalian kenal... sudah tidak ada.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess He Shouldn't Love [HIATUS]
RandomRewrite ver __________________________________ Start : 31 Maret 2025 End : ? Cover : Canva Ilustrasi : Pinterest ⚠ Don't copy my story, jika ada kesamaan nama tokoh, setting, dsb, itu tidak disengaja. Thanks.