Chapter 25

10K 801 32
                                        

Aether Veins Arc

Tanah bergetar. Langit retak-retak oleh sihir yang saling bertabrakan. Theodore mengerahkan sihir sucinya hingga ke batas, tapi Dravella tetap unggul. Gerakan Theodore mulai berat, sihirnya mulai mengurai karena tekanan kekuatan kegelapan yang menjalar seperti racun dari tiap tebasan Dravella.

"Lihat kau sekarang," bisik Dravella, suara dalamnya bagaikan bisikan iblis. "Kau lelah... marah... dan takut. Takut padaku, takut kehilangan kendali..."

Dravella mendekat dan menyentuhkan ujung pedangnya ke dagu Theodore. "Ada bagian dalam dirimu yang ingin menyerah, bukan? Ingin tahu rasanya menjadi sepertiku..."

Theodore mencengkeram pedangnya. Wajahnya tegang. Aura sucinya mulai melemah, dan sesaat... sesaat saja, matanya tampak buram—bimbang.

Tapi dari dalam tubuh Lysandra...
Ada pemberontakan.

Di dalam alam bawah sadar, Lysandra berdiri di tengah kehampaan. Napasnya terengah, dan keringat membasahi dahinya.

"Dravella, berhenti... ini bukan bagian dari kesepakatan kita! Kau bilang akan membantuku menyelamatkan Lucifer... bukan menggoda orang lain menuju kehancuran!"

Suara tawa Dravella terdengar menggema, "Oh, gadis manis... kau masih saja naif. Tapi baiklah, mainan ini memang sudah tak menarik lagi bagiku. Lagipula... waktuku juga sudah habis.

Kembali ke dunia nyata, tubuh Lysandra menegang. Gerakannya berhenti mendadak dan cahaya hitam di sekelilingnya menghilang perlahan seperti kabut tersapu angin.

Warna matanya kembali abu-abu pekat. Aura kegelapan Dravella perlahan lenyap.

Tubuh Lysandra bergetar. Lututnya jatuh ke tanah, menghempaskan pedang ke samping.

BRUK!!

Dia berlutut di hadapan Theodore. Tubuhnya limbung. Tangannya tak bisa digerakkan. Kakinya pun lemas dan napasnya tersengal.

"Theo...dore...?" bisiknya lirih, sebelum akhirnya kesadarannya menghilang sepenuhnya.

Theodore terdiam. Ia menatap gadis itu, yang kini benar-benar tak berdaya di hadapannya. Lalu ia mendongak, menatap ke arah Lucifer dan pasukannya yang menonton dari kejauhan.

"Mundur," ucap Theodore datar. Suaranya seperti sabda kutukan. "Jika kalian maju satu langkah saja... aku akan membunuhnya sekarang juga."

Pasukan Lucifer membeku.

Lucifer sendiri hanya bisa mengepalkan tangan. Matanya tak bisa berpaling dari tubuh adiknya yang kini terlihat lemah karena energinya dikuras habis Dravella.

Theodore membungkuk, mengangkat tubuh Lysandra dalam gendongannya dengan hati-hati. "Dia akan ikut denganku. Sesuai dengan perjanjian kita sebelum duel dimulai," katanya tajam

Kemudian, tanpa menunggu jawaban, Theodore berbalik... dan pergi membawa Lysandra yang tak sadarkan diri.

Langkah Theodore menjauh. Bayangan punggungnya perlahan lenyap ditelan kabut sihir yang kembali menyelimuti medan perang, meninggalkan keheningan penuh tekanan.

Pasukan Lucifer terdiam, dan tak satu dari mereka yang bergerak, seolah waktu ikut membeku bersama angin yang kaku.

Lucifer menunduk. Tinju kirinya mengepal hingga berdarah. Napasnya berat, matanya memerah—bukan karena marah, tapi karena rasa bersalah yang menggerogoti dadanya.

The Villainess He Shouldn't Love [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang
OSZAR »