Chapter 8

22.7K 1.6K 46
                                        

The Villain's Journal Arc

Pintu ruang utama menutup keras setelah Theodore dan rombongannya meninggalkan kastil.

Aura gelap Lucifer langsung menggelegak memenuhi ruangan seperti badai yang meledak tanpa aba-aba. Tanpa banyak kata, ia menoleh tajam pada Lysandra.

"Apa yang kau lakukan?!" suaranya rendah, namun bergetar karena emosi yang ditekan habis-habisan.

Lysandra terdiam, bahkan belum bisa sepenuhnya memahami apa yang baru saja terjadi. "A-aku tidak tahu... dia tiba-tiba bergerak begitu cepat. Aku bahkan tidak bisa-"

"Itulah alasan kenapa aku melarangmu keluar!" bentak Lucifer. "Dia bukan sekadar pangeran dari Tharos! Dia... bukan manusia biasa."

Sanzu yang sejak tadi diam, akhirnya angkat suara. "Dia menyentuh segel itu tanpa hambatan dan memicu resonansi yang bahkan aku sendiri pun tidak bisa lakukan, meskipun aku penjaganya saat ini." Matanya menyipit, penuh kewaspadaan.

"Aku belum pernah melihat sesuatu seperti ini sebelumnya," lanjut Sanzu.

Lucifer mendengus kasar, lalu berbalik. "Kembali ke kamarmu, Lysandra. Sekarang." Suaranya dingin dan mutlak. Tanpa menunggu jawaban, ia menghilang dalam semburat bayangan-sebuah teleportasi sihir khas klan Leclair.

Kini hanya tersisa Sanzu dan Lysandra.

Hening.

Lysandra masih gemetar ringan. Ia melangkah pelan menuju kursi panjang di sudut ruangan dan duduk, meremas jemari tangannya sendiri.

"Sanzu."

Sanzu mendekat, namun tetap menjaga jarak. "Aku tahu kau tidak bermaksud membiarkannya menyentuhmu," ucapnya lembut, berbeda dari biasanya. "Tapi yang mengganggu bukan hanya dia bisa memicu segel itu... tapi kenyataan bahwa kau tidak bereaksi."

Lysandra menatapnya bingung.

"Biasanya jika segel terpicu tanpa kendali, kau seharusnya merasa nyeri atau paling tidak ada efek pantulan. Tapi kau tidak... merasakan apa-apa, bukan?" sambung Sanzu.

Lysandra mengangguk pelan. "Hanya... hangat. Seperti... damai, anehnya."

Sanzu menyipitkan mata. "Itu bukan hal baik, Lysandra."

Hening kembali mengisi udara, sampai akhirnya Sanzu duduk di sisi lain bangku, masih menatap lurus ke depan.

"Kalau kau ingin bertahan, kau tak bisa hanya mengandalkan segel ini selamanya," gumamnya.

Lysandra menoleh padanya, pelan. "Lalu apa yang harus kulakukan?"

"Kau harus paham siapa dirimu sebenarnya. Karena mungkin... hanya dengan itu kau bisa menyeimbangkan kekuatan sihirmu sendiri, bukan sekadar menahan Dravella. Tapi hidup berdampingan dengan apa pun yang dia tinggalkan dalam dirimu."

Lysandra menarik napas panjang.

Hidup berdampingan.
Kata-kata itu terasa menakutkan.

Malam menggantung hening.
Lampu kristal kecil di sisi ranjang hanya menyala redup, menebar bayangan tipis di dinding batu. Angin malam menyelinap dari sela balkon terbuka, membuat tirai sutra bergoyang perlahan.

Lysandra belum memejamkan mata. Tubuhnya rebah di ranjang luas, namun pikirannya terus berputar. Tangan kanannya... diam-diam menyentuh perut bagian atasnya-tempat segel itu tersembunyi di balik kulit.

Dulu, sentuhan di sana tak pernah terasa istimewa. Tapi sekarang...

"Resonansi?" gumamnya nyaris tak terdengar, mata menatap langit-langit.

The Villainess He Shouldn't Love [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang
OSZAR »