Chapter 6

23.3K 1.6K 41
                                        

The Villain's Journal Arc

Pagi itu, Lysandra tidak bisa fokus. Pikirannya masih terbayang oleh kata-kata Dravella semalam. Aether Veins... kunci... kebangkitan... semuanya terasa semakin kabur dan sekaligus dekat.

Namun belum sempat ia menyusun rencana, pintu kamarnya diketuk dengan tiga ketukan tegas.

"Masuk," ucapnya datar.

Yang masuk bukan pelayan. Tapi seorang pemuda.

Tubuhnya tegak, postur ramping namun tidak rapuh. Matanya berwarna hijau zamrud lembut, dan rambut hitam pekatnya disisir rapi ke belakang. Ia mengenakan jubah panjang khas penyihir, dengan simbol aneh di kerahnya-segel pusaran menyerupai mata tertutup.

Aura magisnya tenang... tapi padat.

"Kau..." Lysandra menyipitkan mata. "Bukan pelayan kastil."

Pemuda itu membungkuk sedikit.

"Aku Sanzu dari klan Sathire. Penyihir segel khusus."

Lysandra mengerutkan dahi. Nama itu tidak asing-Sathire adalah klan yang nyaris tak pernah muncul di depan publik. Konon mereka hanya melayani urusan segel-sihir kuno dan berkaitan dengan roh tinggi.

"Dan kenapa penyihir segel ada di sini?" tanyanya curiga.

"Perintah langsung dari Lucifer," jawab Sanzu dengan suara tenang. "Aku diminta untuk mengamankan stabilitas segel yang ada dalam tubuhmu. Serta... memastikan kau tidak bertindak sembrono."

Kalimat terakhir itu membuat alis Lysandra terangkat. "Mengawasiku, maksudmu?"

"Menjagamu," jawabnya singkat.
"Jika segel dalam tubuhmu retak, kau tahu siapa yang akan keluar. Dan dunia tidak siap untuk itu."

Lysandra memutar bola matanya. Tentu saja. Lagi-lagi 'proteksi' dari sang kakak yang dingin dan obsesif itu. Tapi yang membuatnya heran, mengapa sekarang? Kenapa setelah mimpinya dengan Dravella, tiba-tiba Lucifer mengutus orang ini?

"Berapa lama kau akan berada di sini?"

Sanzu menatapnya datar, matanya menelisik seolah bisa membaca lapisan-lapisan pikirannya.

"Sampai kau bisa menjaga batas antara dirimu... dan entitas yang tersegel."

**

Sudah beberapa hari berlalu sejak Sanzu resmi menetap di kastil. Lysandra tidak punya pilihan selain menerima kehadiran penyihir segel itu, meski sesekali ia mengeluh dalam hati-kenapa rasanya dia lebih mirip pengawas daripada penjaga?

Sanzu jarang bicara kecuali penting. Tapi matanya... seakan selalu tahu sesuatu yang tidak Lysandra sadari. Tatapannya tajam, bukan karena kebencian, tapi karena kewaspadaan. Seolah ia tengah menjaga sesuatu yang bisa meledak kapan saja.

Hari itu, sore menjelang senja, Lysandra duduk di depan meja rias, menyisir rambutnya pelan. Pikirannya kosong, matanya tertuju pada pantulan wajah di cermin. Sesaat, bayangan matanya seakan menghitam. Tapi ketika ia berkedip, semuanya kembali normal.

Di belakangnya, Sanzu berdiri dalam diam. Tapi aura sihirnya tiba-tiba berubah.

"Berhenti bergerak," gumamnya cepat.

"Apa maksud-"

Sebelum Lysandra bisa bertanya, Sanzu berjalan cepat menghampirinya, dan dalam satu gerakan tegas namun tak kasar, ia membaringkan Lysandra ke ranjang yang ada di sisi ruangan. Gerakan itu membuat Lysandra terlonjak, jantungnya berpacu.

"S-Sanzu?! Apa yang kau-"

Sanzu menahan tubuh Lysandra dengan satu tangan di bahunya, sementara tangan lainnya menyentuh perut bagian atas-tepat di titik pusat sihirnya. Ujung jarinya berpendar biru pucat.

The Villainess He Shouldn't Love [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang
OSZAR »